Efektivitas Blok Nervus Maksilaris Suprazigomatika pada Pasien Miastenia Gravis yang Menjalani Functional Endoscopic Sinus Surgery (FESS)
Abstract
Pendahuluan: Secara global, prevalensi dan insidensi miastenia gravis meningkat, dengan tingkat
insidensi 5,3 orang per juta dan prevalensi 77,7 orang per juta. Dengan meningkatnya prevalensi,
penting bagi seorang anestesiolog untuk mengetahui patofisiologi dan komplikasinya, terutama
krisis miastenia. Salah satu pencetus terjadinya krisis adalah berupa nyeri pascaoperasi. Pada
kasus ini, kami memilih teknik pembiusan tanpa pelumpuh otot dan teknik blok nervus maksilaris
suprazigomatika sebagai teknik analgetik pascaoperasi pasien miastenia yang menjalani functional
endoscopic sinus surgery (FESS).
Deskripsi Kasus: Pasien perempuan usia 32 tahun didiagnosis pansinusitis dan riwayat miastenia
gravis terkontrol dengan terapi direncanakan menjalani FESS bilateral. Induksi dilakukan dengan
kombinasi agen anestesi sevofluran dan propofol serta analgetik fentanyl. Sebelum ekstubasi,
pasien diberikan blok maksilaris dengan pendekatan suprazigomatik menggunakan bupivakain
0,25% sebanyak 5 ml pada masing-masing sisi. Ekstubasi dilakukan berdasarkan penilaian kekuatan
otot menggunakan Train of Four (TOF). Pasien berhasil diekstubasi tanpa komplikasi, dengan nilai
Numeric Rating Scale (NRS) 0/10 pada 48 jam pascaoperasi.
Simpulan: Kombinasi sevofluran dan propofol dengan blok maksilaris pendekatan suprazigomatik
efektif untuk manajemen anestesi dan nyeri akut pascaoperasi pada pasien miastenia yang menjalani
FESS.
Copyright (c) 2025 Kadek Agus Heryana Putra, Pita Mora Lesmana, Tjokorda Gde Agung Senapathi

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.









