Gabapentin dan Gabapentin-Amitriptilin sebagai Adjuvan Analgetik Nyeri Kanker di Klinik Nyeri RSUP H. Adam Malik Medan

  • Muhammad Ramadhan Program Studi Anestesi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara - RSUP H. Adam Malik, Medan, Indonesia
  • Qadri Fauzi Tanjung Departemen Anestesi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara - RSUP H. Adam Malik, Medan, Indonesia
  • Ester Lantika Silaen Departemen Anestesi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara - RSUP H. Adam Malik, Medan, Indonesia
  • Tasrif Hamdi Departemen Anestesi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara - RSUP H. Adam Malik, Medan, Indonesia
  • Muhammad Ihsan Departemen Anestesi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara - RSUP H. Adam Malik, Medan, Indonesia
  • Rina Amelia Departemen Anestesi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara - RSUP H. Adam Malik, Medan, Indonesia
Keywords: Analgetik adjuvan, amitriptilin, gabapentin, kanker, nyeri

Abstract

Pendahuluan: Pasien kanker merasakan nyeri yang mempengaruhi kualitas hidup terutama pasien kanker stadium lanjut. Beberapa agen yang digunakan pada nyeri kanker adalah morfin, parasetamol, dan amitriptilin. Antidepresan, anti-epileptik, dan kortikosteroid mulai dieksplorasi untuk terapi nyeri pada penyakit non-kanker, namun penggunaannya dalam nyeri kanker masih belum dipelajari dengan baik. Beberapa studi menyimpulkan manfaat penggunaan gabapentin pada nyeri neuropatik dan nosiseptif, hingga kini belum ada studi efikasi agen tersebut pada nyeri kanker, maka penelitian terfokus kepada efikasi kombinasi antara amitriptilin dan gabapentin.

Metode: Penelitian ini menggunakan Randomized Clinical Trial dengan sistem blinding. Dua kelompok sampel diobservasi sebelum pemberian (T0), hari ke-1 (T1), ke-3 (T2), dan ke-7 (T3). Kelompok A menerima gabapentin dan kelompok B menerima gabapentin dengan amitriptilin. Analisis data menggunakan uji t independen atau Mann-Whitney.

Hasil: Sebanyak 62 orang dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok A mengalami keluhan mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan pusing terbanyak sedangkan kelompok B mengalami keluhan sulit tidur terbanyak. Secara statistik, kelompok A maupun B mampu mereduksi skala nyeri berdasarkan skala pengukuran NRS dan pain detect (p<0,001) serta data keluhan awal dijumpai perbedaan signifikan (p<0,001). Perbedaan yang bermakna secara signifikan antara kedua regimen yang dianalisis juga tidak dijumpai dengan nilai p>0,05 pada seluruh waktu, kecuali pada variabel NRS di T3 (gabapentin (4,03±0,59)) dan kombinasi (3,53±0,82); p=0,009).

Simpulan: Temuan mengindikasikan perbedaan yang signifikan mungkin baru terlihat pada hari ke-7 pasca observasi, meskipun pada dasarnya regimen kombinasi lebih efektif untuk mereduksi nyeri dibandingkan gabapentin tunggal. Kelompok kombinasi mengalami penurunan derajat nyeri yang lebih tinggi namun hanya signifikan pada waktu T3-T2 menggunakan skala NRS. 

Published
2025-10-31
Section
Articles