Efek Tindakan Transcranial Magnetic Stimulation (TMS) terhadap Derajat Nyeri dan Kadar Beta-Endorfin Serum pada Pasien Nyeri Kanker Payudara

  • Noor Ramadhaniah Departemen Ilmu Anestesi, Perawatan Intensif dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin - RSPTN Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia
  • Nur Surya Wirawan Departemen Ilmu Anestesi, Perawatan Intensif dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin - RSPTN Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia
  • A.M. Takdir Musba Departemen Ilmu Anestesi, Perawatan Intensif dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin - RSPTN Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia
  • Firdaus Hamid Departemen Mikrobiologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin - RSPTN Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia
  • Muh. Ramli Ahmad Departemen Ilmu Anestesi, Perawatan Intensif dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin - RSPTN Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia
  • Alamsyah Ambo Ala Husain Departemen Ilmu Anestesi, Perawatan Intensif dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin - RS Bhayangkara, Makassar, Indonesia
  • Madonna Damayanthie Datu Departemen Ilmu Anestesi, Perawatan Intensif dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin - RSPTN Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia
Keywords: nyeri kanker, SMT, NRS, beta endorfin

Abstract

Latar Belakang: Nyeri adalah keluhan yang sering dirasakan oleh pasien kanker. Benjolan tanpa rasa sakit adalah gejala pertama yang dirasakan pada kanker payudara. Pada stadium lanjut, pasien kanker payudara mengalami rasa sakit yang sangat menyiksa karena keterlibatan struktur didalamnya, selain itu nyeri juga dapat disebabkan oleh pengobatan kanker itu payudara itu sendiri. Stimulasi Magnetik Transkranial (SMT) merupakan metode baru stimulasi otak secara non-invasif untuk manajemen nyeri terkait kanker. Pada nyeri kronik, SMT terbukti menurunkan Visual Analogue Score (VAS) dan meningkatkan serum beta-endorfin.

Tujuan: Mengetahui efek tindakan SMT terhadap intensitas nyeri dan kadar beta-endorfin serum serta korelasinya pada pasien nyeri kanker payudara.

Subjek dan Metode: Penelitian ini merupakan penelitian prospective randomized controlled trial dengan desain pretest-posttest control group. Sampel terdiri dari 2 kelompok, yaitu kelompok P1 (kelompok dengan intervensi SMT) dan P2 (kelompok kontrol) dengan jumlah sampel masing-masing 20 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Dilakukan penilaian Numeric Rating Scale (NRS) dan pengambilan darah untuk pemeriksaan kadar beta endorfin serum sebelum dan sesudah intervensi. Data dianalisis menggunakan uji statistik Mann-Whitney dan Wilcoxon, serta uji korelasi dengan uji Spearman.

Hasil: Penurunan NRS lebih besar pada kelompok P1 dibandingkan kelompok P2  dengan nilai p<0.001 dan terjadi peningkatan kadar beta endorfin serum pada kelompok P1 dibandingkan dengan kelompok P2 dengan nilai p<0.001, hal ini memiliki korelasi kuat (r=0.630; p<0.001)

Simpulan: Tindakan SMT menyebabkan penurunan intensitas nyeri dan meningkatkan kadar beta endorfin serum pada pasien nyeri kanker payudara dan ditemukan korelasi antar kedua variabel ini.

Kata kunci: nyeri kanker, SMT, NRS, beta endorfin

Author Biographies

Noor Ramadhaniah, Departemen Ilmu Anestesi, Perawatan Intensif dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin - RSPTN Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia

Departemen Ilmu Anestesi, Perawatan Intensif dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin - RSPTN Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia

Nur Surya Wirawan, Departemen Ilmu Anestesi, Perawatan Intensif dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin - RSPTN Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia

Departemen Ilmu Anestesi, Perawatan Intensif dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin - RSPTN Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia

A.M. Takdir Musba, Departemen Ilmu Anestesi, Perawatan Intensif dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin - RSPTN Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia

Departemen Ilmu Anestesi, Perawatan Intensif dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin - RSPTN Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia

Firdaus Hamid, Departemen Mikrobiologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin - RSPTN Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia

Departemen Mikrobiologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin - RSPTN Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia

Muh. Ramli Ahmad, Departemen Ilmu Anestesi, Perawatan Intensif dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin - RSPTN Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia

Departemen Ilmu Anestesi, Perawatan Intensif dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin - RSPTN Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia

Alamsyah Ambo Ala Husain, Departemen Ilmu Anestesi, Perawatan Intensif dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin - RS Bhayangkara, Makassar, Indonesia

Departemen Ilmu Anestesi, Perawatan Intensif dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin - RS Bhayangkara, Makassar, Indonesia

Madonna Damayanthie Datu, Departemen Ilmu Anestesi, Perawatan Intensif dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin - RSPTN Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia

Departemen Ilmu Anestesi, Perawatan Intensif dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin - RSPTN Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia

Published
2023-02-27
Section
Articles