Efek Terapi IL-6 Inhibitor Tocilizumab pada Pasien Kritis Covid-19: Tinjauan terhadap Perubahan Skor SOFA, CRP, Prokalsitonin, dan Ferritin

  • Andi Wija Indrawan Pangerang Departemen Anestesiologi, Perawatan Intensif, dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin - Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Indonesia
  • Syafri K Arif Departemen Anestesiologi, Perawatan Intensif, dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin - Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Indonesia
  • Faisal Muchtar Departemen Anestesiologi, Perawatan Intensif, dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin - Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Indonesia
  • Hisbullah Departemen Anestesiologi, Perawatan Intensif, dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin - Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Indonesia
  • Haizah Nurdin Departemen Anestesiologi, Perawatan Intensif, dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin - Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Indonesia
  • Ari Santri Palinrungi Departemen Anestesiologi, Perawatan Intensif, dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin - Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Indonesia
Keywords: COVID-19, Tocilizumab, Skor SOFA, CRP, Ferritin

Abstract

Latar Belakang: Badai sitokin menyebabkan perburukan pasien COVID-19. Terapi efektif dibutuhkan untuk mengatasi hiperinflamasi. Tocilizumab adalah terapi imunomodulator yang menunjukkan efektivitas terhadap badai sitokin yang berat pada penelitian sebelumnya.

Tujuan: Membandingkan skor SOFA, CRP, Prokalsitonin, dan Ferritin sebelum dan setelah pemberian Tocilizumab pada pasien kritis COVID-19.

Metode: Penelitian ini adalah penelitian Observasional analitik dengan desain cross sectional yang dilaksanakan di RSUP Wahidin Sudirohusodo periode pasien Maret 2020 - November 2021. Pemilihan sampel dengan total sampling yang memenuhi kriteria inklusi. Semua sampel akan diambil data rekam medis berupa skor SOFA, CRP, Prokalsitonin, dan Ferritin sebelum dan setelah pemberian Tocilizumab sampai hari ke-7 pemberian.

Hasil: Terdapat perbedaan bermakna skor SOFA sebelum dan setelah pemberian Tocilizumab sampai hari ke-7 (p<0.001) pada 23 sampel yang diuji dengan Friedman. Terdapat perbedaan bermakna kadar CRP sebelum dan setelah pemberian Tocilizumab mulai hari ke-2 (p<0.001) pada 42 sampel yang diuji Wilcoxon. Ditemukan perbedaan bermakna kadar CRP sebelum dan setelah pemberian hari ke 2,4, hingga hari ke-7 (p<0.001) pada 28 sampel yang diuji dengan Friedman. Ada perbedaan bermakna kadar prokalsitonin sebelum dan setelah pemberian Tocilizumab mulai hari ke-2 (p<0.001) pada 42 sampel yang diuji Wilcoxon. Selanjutnya ditemukan perbedaan bermakna kadar prokalsitonin sebelum dan setelah pemberian pada hari ke 2,4, hingga hari ke-7 (p<0,001) pada 20 sampel yang diuji dengan Friedman. Ditemukan perbedaan bermakna kadar ferritin sebelum sebelum dan setelah pemberian Tocilizumab mulai hari ke-2 (p<0,001) pada 42 sampel yang diuji Wilcoxon. Terdapat perbedaan bermakna kadar ferritin sebelum dan setelah pemberian pada hari ke 2,4, hingga hari ke-7 (p<0,001) pada 20 sampel yang diuji dengan Friedman.

Simpulan: Tocilizumab menghasilkan penurunan skor SOFA, kadar CRP, Prokalsitonin, dan Ferritin pada pasien kritis COVID-19.

Author Biographies

Andi Wija Indrawan Pangerang, Departemen Anestesiologi, Perawatan Intensif, dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin - Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Indonesia

Departemen Anestesiologi, Perawatan Intensif, dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin - Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Indonesia

Syafri K Arif, Departemen Anestesiologi, Perawatan Intensif, dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin - Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Indonesia

Departemen Anestesiologi, Perawatan Intensif, dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin - Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Indonesia

Faisal Muchtar, Departemen Anestesiologi, Perawatan Intensif, dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin - Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Indonesia

Departemen Anestesiologi, Perawatan Intensif, dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia/ Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Indonesia

Hisbullah, Departemen Anestesiologi, Perawatan Intensif, dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin - Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Indonesia

Departemen Anestesiologi, Perawatan Intensif, dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin - Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Indonesia

Haizah Nurdin, Departemen Anestesiologi, Perawatan Intensif, dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin - Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Indonesia

Departemen Anestesiologi, Perawatan Intensif, dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin - Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Indonesia

Ari Santri Palinrungi, Departemen Anestesiologi, Perawatan Intensif, dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin - Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Indonesia

Departemen Anestesiologi, Perawatan Intensif, dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin - Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Indonesia

Published
2023-02-27
Section
Articles