Emboli Paru pada COVID-19

  • Arie Zainul Fatoni Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Indonesia
  • Nasywa Florean Dzakiyyah Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Indonesia
  • Christian Ambrosius Soeiono Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Indonesia
Keywords: COVID-19, Emboli paru, heparin, hiperinflamasi, hiperkoagulabilitas

Abstract

COVID-19 adalah sebuah penyakit menular yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV- 2) dan telah dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO. Spektrum klinis penyakit ini begitu luas, mulai dari asimtomatik hingga Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Pada penyakit COVID-19, terdapat keadaan gangguan hiperkoagulabulitas dan hiperinflamasi/ cytokine storm, yang dapat menimbulkan komplikasi berupa emboli paru (EP). Gejala yang muncul biasanya berupa sesak, batuk, dan nyeri pleuritic; dengan tanda berupa takipneu, takikardi, dan sianosis pada keadaan yang parah. Penegakkan diagnosis emboli paru dilakukan berdasarkan temuan klinis dan pemeriksaan penunjang. Sampai sekarang belum ada bukti yang cukup terkait penggunaan marker tertentu sebagai acuan diagnosis klinis dari EP. Berbagai ssistem skoring pun dibuat sebagai panduan untuk diagnosis dan juga sebagai upaya dalam melakukan stratifikasi risiko. Manajemen emboli paru pada COVID-19 dibagi menjadi dua, yaitu terapi profilaksis dan terapeutik, baik secara farmakologis maupun non farmakologis. Prognosis EP COVID-19 lebih baik apabila dilakukan diagnosis dini dan tatalaksana dini berhasil dilakukan.

Published
2021-11-01
Section
Review