Tatalaksana Pasien Obesity Hypoventilation Syndrome di Intensive Care Unit (ICU)

  • Yunita Susanto Putri Yellow Intensive Care FK Universitas Padjadjaran/ RSUP Dr. Hasan Sadikin
  • Ardi Zulfariansyah Konsultan Intensive Care FK Universitas Padjadjaran/ RSUP Dr. Hasan Sadikin
Keywords: Gagal napas, ICU, obesitas, obesity hypoventilation syndrome

Abstract

Obesity Hypoventilation Syndrome (OHS) seringkali tidak disadari sehingga terlambat ditatalaksana. Pasien OHS dengan gagal napas memiliki angka mortalitas yang cukup tinggi dan memerlukan waktu perawatan yang lama. Kasus ini dilaporkan untuk mengkaji tatalaksana pada pasien OHS di ICU. Seorang wanita berusia 67 tahun dirawat di RS Santosa Kopo Bandung pada bulan April 2018 dengan diagnosis awal obesitas kelas III (BMI 46), hypertensive heart disease (HHD) dan gagal jantung kongestif. Satu hari perawatan di ruangan biasa, kesadaran pasien menjadi somnolen dengan sesak napas yang semakin hebat. Hasil pemeriksaan analisis gas darah arteri didapatkan pH 7,18 dan pCO2 118 mmHg, kemudian dilakukan pemasangan pipa endotrakeal, ventilasi mekanik dan pasien dipindahkan ke Intensive Care Unit (ICU). Pasien dirawat di ICU selama 28 hari kemudian dilakukan trakeostomi dan pulang ke rumah dengan melanjutkan topangan ventilasi mekanik dengan mode continuous positive airway pressure (CPAP). Terdapat beberapa modalitas terapi di ICU yang dapat meningkatkan ventilasi pada pasien OHS yang mengalami gagal napas hiperkapnia kronik eksaserbasi akut, yaitu non invasive positive pressure ventilation (NPPV), intubasi endotrakea dengan ventilasi mekanik invasif dan trakeostomi dengan atau tanpa ventilasi mekanik. Semakin cepat diagnosis OHS ditegakkan disertai dengan tatalaksana yang sesuai akan memberikan keluaran pasien yang baik pula.

Published
2020-03-02
Section
Articles