Perbandingan Efek Antinosiseptif Isoflurane dan Sevoflurane Berdasarkan Refleks Dilatasi Pupil dan Kadar Norepinefrin dengan Menggunakan Konsentrasi Minimum Alveolar 1.0

  • Ahmad Ulil Albab Departemen Ilmu Anestesi, Perawatan Intensif, dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin - RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Indonesia
  • Nur Surya Wirawan Departemen Ilmu Anestesi, Perawatan Intensif, dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin - RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Indonesia
  • Ratnawati Departemen Ilmu Anestesi, Perawatan Intensif, dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin - RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah, Makassar, Indonesia
  • Syafri Kamsul Arif Departemen Ilmu Anestesi, Perawatan Intensif, dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin - RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Indonesia
  • Alamsyah Ambo Ala Husain Departemen Ilmu Anestesi, Perawatan Intensif, dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin - RS Bhayangkara, Makassar, Indonesia
  • Andi Adil Departemen Ilmu Anestesi, Perawatan Intensif, dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin - RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Indonesia
Keywords: isoflurane, norepinefrin, refleks dilatasi pupil, sevoflurane

Abstract

Latar Belakang: Tantangan yang dihadapi berkaitan dengan penggunaan anestesi umum adalah dalam melakukan penilaian nyeri pada pasien yang tidak sadar. Refleks dilatasi pupil merupakan penilaian stimulasi berbahaya dan efek analgesik di bawah anestesi inhalasi. Diameter pupil juga dinyatakan sebagai ukuran kadar norepinefrin. Belum ada penelitian yang mengkaji perbandingan efek antinosiseptif antara isoflurane dan sevoflurane yang diukur dengan refleks dilatasi pupil dan kadar norepinefrin di bawah konsentrasi minimum alveolar yang ekuivalen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan efek antinosiseptif isoflurane dan sevoflurane berdasarkan refleks dilatasi pupil dan kadar norepinefrin dengan menggunakan konsentrasi minimum alveolar 1.0. 

Metode: Desain penelitian ini adalah uji klinis acak tersamar tunggal. Populasi penelitian yaitu seluruh pasien yang menjalani pembedahan dengan anestesi umum menggunakan Laryngeal Mask Airway (LMA). Sampel dibagi menjadi dua kelompok secara acak yaitu kelompok I (isoflurane) dan kelompok II (sevoflurane). Dilakukan preoksigenasi dengan menggunakan 1.0 MAC. Setelah target bispectral index score (BIS) 40-65 tercapai, dilakukan insersi LMA. Setelah tercapai MAC 1.0, dilakukan pengambilan sampel darah pertama untuk pemeriksaan kadar norepinefrin. Dilakukan pupilometri dan stimulasi tetanik, dicatat skor pupillary pain index (PPI) yang didapatkan, kemudian dilakukan pengambilan sampel darah kedua untuk pemeriksaan kadar norepinefrin.

Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna pada perbandingan skor PPI antara kelompok isoflurane dan sevoflurane. Kadar norepinefrin setelah stimulasi lebih tinggi secara signifikan pada kelompok sevoflurane.

Simpulan: Efek antinosiseptif isoflurane setara dengan sevoflurane berdasarkan refleks dilatasi pupil. Efek antinosiseptif sevoflurane lebih baik dibandingkan isoflurane berdasarkan kadar norepinefrin. Isoflurane mungkin memiliki mekanisme antinosiseptif lain selain jalur norepinefrin.

Published
2025-02-28
Section
Articles